Showing posts with label Berita Perpustakaan. Show all posts
Showing posts with label Berita Perpustakaan. Show all posts

Tuesday, 9 September 2025

Lomba IALA 2025: Teguh Prasetyo Utomo (Pustakawan UII) Menjadi Juaranya!


Teguh Prasetyo Utomo, S.I.Pust., pustakawan Universitas Islam Indonesia (UII), berhasil meraih Juara 1 Indonesian Academic Librarian Award (IALA) DIY 2025 yang digelar Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) DIY. Dengan capaian ini, ia akan mewakili Daerah Istimewa Yogyakarta ke ajang IALA tingkat nasional pada Oktober mendatang.

Yogyakarta, 2 September 2025 — Teguh Prasetyo Utomo, S.I.Pust., pustakawan Universitas Islam Indonesia (UII), berhasil meraih Juara 1 dalam ajang Indonesian Academic Librarian Award (IALA) Daerah Istimewa Yogyakarta 2025 yang diselenggarakan oleh Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) DIY.

Babak final kompetisi berlangsung pada Selasa, 26 Agustus 2025 di Ruang Teatrikal Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sementara itu, puncak acara dan pengumuman pemenang digelar pada Selasa, 2 September 2025 di Gedung Kuliah Umum (GKU) Prof. Sardjito Universitas Islam Indonesia, berbarengan dengan Seminar Nasional bertema “Etika Kecerdasan Buatan di Perguruan Tinggi: Peran Strategis Perpustakaan dalam Membangun Budaya Akademik yang Berintegritas.”

Dalam acara pengumuman pemenang ini hadir pula Dr. Purwani Istiana, S.IP., M.A., sebagai perwakilan pengurus FPPTI Pusat, yang memberikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan serta dukungan bagi para pustakawan berprestasi.

Selain menetapkan Teguh sebagai juara pertama, FPPTI DIY juga mengumumkan Muhammad Jubaidi, M.A., pustakawan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), sebagai Juara 2, serta Desy Natalia Anggorowati, S.IP., M.A., pustakawan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (FKG UGM), sebagai Juara 3.

Dengan kemenangan ini, Teguh akan mewakili Provinsi DIY pada ajang IALA tingkat nasional yang dijadwalkan berlangsung Oktober 2025 di Universitas Tarumanegara, Jakarta.

Dalam sambutannya, Teguh mengaku sangat bersyukur atas pencapaian tersebut. “Saya tidak menyangka bisa menjadi Terbaik 1 di ajang IALA DIY 2025 ini. Semoga saya bisa memberikan hasil optimal di tingkat nasional nanti. Mohon doa agar dimudahkan dalam mengikuti kompetisi di Jakarta,” ujarnya.

FPPTI DIY menegaskan bahwa ajang IALA bukan hanya sekadar kompetisi, tetapi juga upaya mengapresiasi pustakawan berprestasi serta mendorong peningkatan kualitas layanan perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia.

Sumber: Pustakawan Jogja

Thursday, 20 August 2015

Perpustakaan yang Tidak Standar Menjadi Kendala Sekolah Jalankan Gerakan Literasi

Kegiatan belajar mengajar di Perpustakaan SMPN 159 Tambora, Jakarta Barat, Kamis 13 Agustus 2015. Foto: MI/Arya Manggala

Sekolah menghadapi kendala dalam menjalankan Gerakan Literasi Sekolah. Buruknya infrastruktur perpustakaan tidak mendukung sekolah menjalankan program pemerintah tersebut.

"Yang belum siap perpustakaannya!" kata Kepala SMA 95 Jakarta, Nursyamsudin kepada Metrotvnews.com, Rabu (19/8/2015).

Nur menuturkan, bahwa pada umumnya luas perpustakaan sekolah di Ibu Kota hanya seukuran satu ruang kelas. "Satu kelas di Jakarta itu 72 meter persegi," imbuh Nur.

Seharusnya, lanjut Nur, luas perpustakaan sesuai standar yang ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah di mana komposisi satu anak empat meter persegi.

"Luas perpustakaan minimal 144 meter persegi atau dua ruang kelas untuk menampung 36 anak," sambungnya.

Kendala yang sama juga di SMP 226 Jakarta. Kepala SMP 226 Khotim, menyampaikan perpustakaan di sekolahnya belum memiliki alat-alat yang memadai.

"226 perpustakaannya belum baik. Kami baru menempati gedung baru. Perpustakaan belum ada rak-rak buku," terang Khotim.

Khotim berharap dengan adanya gerakan tersebut, infrastruktur perpustakaan juga membaik. Dia yakin anak didik akan betah membaca jika perpustakaan nyaman.

"Anak-anak akan tertarik baca kalau perpustakaan sudah tersedia bahan-bahan yang diinginkan," kata Khotim.

Metrotvnews

Kemdiknas Targetkan Seluruh SD Miliki Perpustakaan 2015


BANYUMAS ~ Kementerian Pendidikan Nasional menargetkan seluruh sekolah dasar di Indonesia memiliki perpustakaan pada 2015 sebagai upaya meningkatkan kualitas murid.

“Sekarang sudah 30 persen SD yang mempunyai perpustakaan. Kita akan selesaikan dalam lima tahun mendatang,” kata Direktur Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar Kemdiknas Mudjito di sela-sela peresmian sejumlah sekolah yang direnovasi oleh Yayasan Tileng Belanda (Stichting Tileng Foundation Netherland) di Baturaden, Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu.

Menurut dia, peningkatan kualitas sekolah tidak hanya melalui perbaikan bangunan sekolah tetapi juga dengan pembangunan perpustakaan.

Dari jumlah total SD di Indonesia sebanyak 148 ribu sekolah, kata dia, saat ini sudah ada sekitar 50 ribu SD yang memiliki perpustakaan.

Pada tahun 2010, lanjutnya, ditargetkan sebanyak 20 ribu SD akan dibangun perpustakaan berikut isinya.

“Kami targetkan setiap tahunnya ada 20 ribu SD yang akan dilengkapi dengan perpustakaan sehingga dapat selesai dalam waktu lima tahun. Jadi kita tidak hanya memperbaiki ruang yang rusak tetapi juga meningkatkan kualitas anak,” jelasnya.

Menurut dia, anggaran untuk membangun sebuah perpustakaan berikut isinya ini sekitar Rp250 juta.

“Jika sekolah itu sudah ada ruang perpustakaan, berarti hanya menambah isinya saja. Akan tetapi bila belum memiliki, berarti harus menambah bangunan untuk perpustakaan,” jelasnya.

Sementara mengenai jumlah bangunan SD yang mengalami kerusakan, dia mengatakan, saat ini masih tersisa sembilan persen dari 148 ribu SD di seluruh Indonesia.

“Pada tahun 2003 ada 40 persen sekolah rusak yang merupakan bangunan inpres sekitar tahun 1968. Setelah dilakukan pembangunan melalui berbagai program pemerintah, saat ini tinggal sembilan persen,” katanya.

Kendati demikian, dia mengatakan, perbaikan terhadap bangunan sekolah harus dilakukan terus-menerus untuk menghindari kerusakan yang semakin parah.

Dia mengakui adanya sejumlah lembaga yang memberikan dana hibah untuk perbaikan bangunan melalui pendekatan berbasis sekolah, yakni uang tersebut langsung diserahkan kepada sekolah untuk pengelolaannya (swakelola, red.).

Akan tetapi, kata dia, jumlah lembaga pemberi hibah tersebut tidak banyak sehingga anggaran perbaikan bangunan sekolah sering kali dilakukan secara “sharing” antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

“Biasanya kita `sharing`, pemerintah pusat 90 persen dan daerah 10 persen. Melalui `sharing` ini diharapkan adanya kepedulian pemerintah daerah,” katanya.

Disinggung mengenai kemungkinan adanya rencana penambahan SD di Indonesia, dia mengatakan, hal itu tergantung kebutuhan atau permintaan masyarakat.

Menurut dia, saat ini Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) ingin meningkatkan Angka Partisipasi Murni (APM) terlebih dulu yang baru 95 persen sehingga dapat mencapai 100 persen.

“Kalau Angka Partisipasi Kasar (APK) sudah mencapai 115 persen. Kita ingin APM-nya bisa mencapai 100 persen,” katanya.

Menurut dia, belum tercapainya APM sebesar 100 persen ini disebabkan banyaknya anak yang putus sekolah di daerah-daerah terpencil.

“Kita ingin mengejar yang lima persen ini, antara lain dengan meningkatkan wajib belajar,” katanya.

Sumber: Rajawali News

Friday, 7 August 2015

IKAPI DKI Dukung Gerakan Minat Baca


Jakarta Book Fair (Jakbook) Ikapi DKI mendukung program pemerintah, khususnya peningkatan minat dan budaya baca. “Jakbook Ikapi DKI Jakarta tujuan mulianya adalah dalam rangka mendukung program pemerintah terutama sekali dalam rangka meningkatkan minat dan budaya baca masyarakat melalui event pameran buku,” kata Ketua Ikapi DKI Jakarta Afrizal Sinaro di Jakarta, Kamis (30/7).

Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DKI Jakarta merupakan penyelenggara Pameran Buku Jakarta (Jakbook) yang tahun ini memasuki ke-25 kali. Jakbook Ikapi DKI 2015 digelar di Plaza Parkir Timur Senayan Jakarta, 27 Juli sampai 3 Agustus 2015. Pameran tersebut disponsori Bank DKI. Harian Republika menjadi media partner.

Ikapi DKI, kata Arizal, menyadari bahwa minat dan budaya baca masyarakat masih rendah, terutama sekali anak-anak sekolah. “Karena itulah, dalam event pameran ini, panitia juga menyiapkan beberapa acara menarik,” ujarnya.

Afrizal menjelaskan, Jakbook Ikapi DKI tidak hanya pameran buku. “Kami tidak hanya berjualan buku dan kebutuhan sekolah. Kami juga punya sejumlah acara yang sangat penting dan menarik, salah satunya Jakbook Festival,” papar Afrizal.

Jakbook Festival adalah salah satu bentuk kegiatan yang diadakan bersama antara Ikapi DKI dan Gerakan Ayo Membaca Indonesia (AMIND) untuk membuat program workshop dengan tema “membaca itu sama mudahnya dengan menulis” dan “membaca itu menyenangkan”.

Workshop tersebut ditujukan untuk guru-guru dan murid-murid, dan dilaksanakan sejak hari kedua pameran, yakni Selasa (28/7) hingga hari terakhir pameran, yakni Senin (3/8). Dalam satu hari ada dua sesi, yakni pukul 10 pagi dan pukul 13 siang.

Afrizal menegaskan, workshop tersebut dinilai sangat penting. “Program ini didukung penuh oleh tim pengembangan literasi Kemendikbud. Sebab ini akan menjadi program Kemendikbud untuk peningkatan budaya literasi,” tuturnya.

Peminat workshop tersebut ternyata tidak hanya dari ibukota Jakarta, tapi juga berbagai daerah di Indonesia. Contohnya Depok, Pamekasan (Madura) dan Palangkaraya. “Mereka yang datang itu adalah para pejabat dinas pendidikan, pengawas dan guru,” papar Afrizal.

Sumber: ROL

Friday, 31 July 2015

Seminar Perpustakaan Sekolah di JAKBOOK FES 2015


Panggung Jakarta Book Fair (Jakbook) Ikapi DKI 2015 hari ini, Jumat (31/7) diisi dengan berbagai acara menarik. Salah satunya adalah workshop literasi tentang praktik menata perpustakaan. Acara tersebut diadakan pukul 10.00-11.30 dengan nara sumber Susanti dan Amanda.

Pada pukul 13.30 sampai 15.00, panitia menggelar talk show tentang membangun nilai-nilai lingkungan sekolah yang menyenangkan. Talk show tersebut mengangat topik tentang membangun lingkungan sekolah hijau berkebun hidroponik.

Pada pukul 15.30-16.00, panggung Jakbook akan diisi dengan live MNC TV “Jakarta To Day”. Setelah itu, panitia mengadakan seminar untuk kepala sekolah/guru madrasah se-Jadebotabek yang mengusung topik “Membangun lingkungan sekolah penuh harapan. Narasumbernya adalah Kampung Sarjana.

Jakbook Ikapi DKI 2015 digelar di Plaza Parkir Timur Senayan Jakarta, 27 Juli hingga 3 Agustus 2015. Pameran tersebut diadakan oleh Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DKI Jakarta. Jakbook 2015 merupakan kali yang ke-25.

Jakbook Ikapi DKI 2015 disponsori oleh Bank DKI. Harian Republika menjadi media partner.

Sumber: ROL

Thursday, 9 July 2015

Perpustakaan Sekolah di Sabah Malaysia Runtuh, 18 Tewas


Sebagian langit-langit perpustakaan di Sekolah Menengah Kebangsaan Agama Mohamad Ali dekat Ranau, runtuh akibat gempa bumi yang melanda daerah itu hari ini.

Satpam sekolah itu, Mohd Ruzali Suhaili mengatakan reruntuhan itu terjadi sekitar pukul 10.55 pagi, namun tidak ada siswa atau guru berada di situ itu karena pusat sumber tersebut ditutup sejak kejadian gempa bumi melanda daerah itu 5 Juni lalu.

"Sebagian langit-langit itu memang sudah runtuh ketika gempa bumi baru-baru ini dan langit-langit yang runtuh kali ini memang telah retak sebelum ini," katanya kepada Reuters ketika ditemui di sekolah itu hari ini.

Dia mengatakan ketika gempa itu semua siswa dan guru-guru berkumpul di satu ruang terbuka di sekolah bersangkutan.

Sementara itu, pejabat humas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Sabah Mohd Affendy K Ramin dalam satu pernyataan mengatakan pihaknya meninjau lokasi kejadian sekitar pukul 12.04 siang tadi.

"Langit-langit itu memang telah runtuh akibat gempa pagi tadi. Namun tidak ada cedera dan kecelakaan jiwa dilaporkan," katanya.

Satu gempa lemah berukuran 3,5 pada skala Richter melanda daerah ini pada pukul 10.54 pagi tadi.

Gempa itu berpusat di 22 km barat Ranau dan itu merupakan gempa susulan setelah gempa bumi berkekuatan 5,9 pada skala Richter mengguncang Ranau serta menewaskan 18 nyawa pada 5 Juni lalu.

- Bernama

Perpustakaan MAN 1 Pekanbaru Terbaik se-Provinsi Riau



PEKANBARU - Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) Riau, Rabu (10/6/2015) menggelar lomba perpustakaan sekolah tingkat SMA/MA/SMK se-Provinsi Riau 2015. Dari delapan kabupaten/kota peserta, MAN 1 Pekanbaru berhasil meraih nilai tertinggi dan menjadi juara pertama pada ajang tahun ini.

MAN 1 Pekanbaru berhasil membukukan nilai 998, mengalahkan MAS Nurul Hidayah Bengkalis dengan selisih tiga poin 995. Sementara SMAN 1 Tambusai Rohul ada pada peringkat tiga dengan nilai 990. Kegiatan rutin tersebut kemarin dilaksanakan di aula lantai III Puswil Soeman Hs, Pekanbaru.

Dibuka Kepala BPAD Riau Yoserizal Zen, acara dihadiri seluruh peserta yang mempresentasikan kualitas dan kelengkapan fasilitas serta kemudahan akses masing-masing perpustakaan sekolah yang menjadi peserta.

“Memberikan penguatan konten lokal di perpustakaan sekolah, condong kepada budaya Melayu harus mulai diterapkan. Sehingga peserta didik mampu memiliki pengetahuan tentang akar kebudayaannya sendiri,” kata Yose dalam sambutannya.

Selain itu keberadaan perpustakaan sekolah, lanjutnya diharapkan bisa memberikan pemahaman kepada siswa. Karena melalui sejarah-sejarah yang ada, anak-anak Riau tidak menjadi orang yang lupa dengan sejarah kampungnya sendiri.

“Kami mengajak kabupaten/kota supaya peduli dengan konten lokal. Menyediakannya di perpustakaan masing-masing,” ajaknya.

Menurut laporan panitia yang disampaikan salah seorang Kasi di BPAD Riau Irwan, menyebutkan dari 12 kabupaten/kota, hanya delapan daerah yang mengikuti lomba. Kecuali Siak, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir dan Kampar. Kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai salah satu sarana dalam proses pembelajaran di sekolah.

“Manfaat perpustakaan sekolah, bisa menjadi sarana pendidikan siswa. Kami menilai perlu mendorong untuk terus digalakkan keberadaan perpustakaan sekolah melalui kegiatan ini,” katanya.

Selain itu peringkat harapan satu yang juga diberikan penghargaan adalah SMAN 1 Pelalawan, dan SMAN Pintar Kuansing sebagai peringkat harapan dua. Pada lomba ini dipimpin tiga juri yang melakukan penilaian. Mereka adalah Media Efayani, Rosman H, dan Kun Wardoyo. Guna menilai kelengkapan fasilitas dan sarana prasarana perpustakaan. Dimana masing-masing peserta memaparkan secara detail dihadapan dewan juri.(egp/sul)

Sumber: RIAUPOS

40 Pengelola Perpus Batang Belajar ke Jepara



BATANG- Sebanyak 40 pengelola perpustakaan sekolah dan perpustakaan desa se Kabupaten Batang berkesempatan belajar segala hal terkait pengelolaan perpustakaan melalui kegiatan bintek yang dibidani Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah (Perpusda) Batang, Senin sampai Rabu hari ini. Tak cukup itu, setelahnya peserta juga akan diberangkatkan ke Jepara guna belajar dari mereka yang sudah teruji.

“Perpustakaan, di manapun itu, memiliki misi utama dalam meningkatkan kecerdasan dan pengetahuan masyarakat. Karena itu, seiring perkembangan perpustakaan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan belajar mengajar, pusat penelitian sederhana, serta pusat pembinaan minat dan kebiasaan membaca, maka bimbingan, pelatihan, arahan, dan sejenisnya sangat diperlukan bagipara pengelola perpustakaan sekolah maupun desa,” kata Kepala Kantor Perpusda Batang, Putut Husamadiman SE, saat membacakan sambutan Bupati.

Karena itu, lanjut Putut, perpus sekolah dan perpusdes dituntut kian mampu menyelenggarakan pelayanan prima, dengan menyediakan buku-buku bermutu, baru, dan ditunjang dengan aplikasi teknologi informasi, sehingga perkembangan kebutuhan pengguna jasa perpustakaan bisa terpenuhi.

Kasie Pembinaan, Pengembangan, dan Pengawasan, Sulistianto SH, mengungkapkan, bintek diikuti 40 peserta, terdiri dari 20 pengelola perpustakaan sekolah dan 20 pengelola perpusdes. Selama tiga hari itu, mereka mendapatkan banyak materi terkait pengelolaan perpustakaan, yakni dari pengantar, pelayanan, pengadaan dan pengolahan koleksi, pengembangan perpustakaan sekolah dan perpusdes, hingga pengenalan otomasi perpustakaan.

“Narasumber kita siapkankan, baik dari Barpusda Provinsi Jawa Tengah maupun dari Kantor Perpusda Batang. Paling tidak, dalam tiga hari ini peserta memahami tata kelola perpustakaan yang baik dan benar,” ungkapnya.

Tak cukup itu, sehari setelah bintek, pesertapun bersama jajaran Perpusda Batang akan bertandang ke Jepara. Mereka akan melihat sendiri bagaimana pengelolaan Perpusda Jepara yang pernah menyabet juara provinsi dan Perpusdes Tolakan Kecamatan Donorejo. Study banding itu diharapkan kian memberikan gambaran tentang pengelolaan perpustakaan yang baik dan benar.

“Batang telah memiliki tiga perpusdes mitra perpuseru, yang terbukti telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sebagai pusat belajar dan berkegiatan yang berbasis pada TIK. Ketiganya juga berhasil memborong 10 dari total 13 kategori penghargaan perpuseru award di Bali. Keberhasilan inilah yang akan direplikasi ke 12 perpudes di 12 kecamatan,” terang Sulis. (sef)

Sumber: Radar Pekalongan

Program 100 Perpustakaan Sekolah di Tanggamus Tercapai



Kota Agung -- Program 100 perpustakaan sekolah yang dibuka untuk umum oleh Pemerintah Kabupaten Tanggamus sudah berjalan. Hal ini dinyatakan oleh Kepala Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (KPAD) Tanggamus Razi Azanisyah.

Menurut keterangannya, pihaknya telah mendistribusikan buku untuk 100 perpustakaan sekolah yang ditunjuk sebagai perpustakaan umum. Program ini sudah dicanangkan oleh Bupati Tanggamus Bambang Kurniawan sejak awal tahun. Kegiatan ini bertujuan agar memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk ikut menikmati buku-buku bacaan sesuai seleranya di perpustakaan.

“Saat ini sudah ada 100 perpustakaan sekolah yang dibuka untuk umum. Kami sudah membantu dengan mendistribusikan buku, supaya perbendaharaan buku di perpustakaan-perpustakaan tersebut bertambah,” katanya, Kamis (2/7).

100 perpustakaan ini berada di setiap kecamatan Kabupaten Tanggamus, serta diberikan plang pemberitahuan untuk membedakan antara perpustakaan sekolah dan yang sudah dibuka untuk umum. Rata-rata dalam satu kecamatan terdapat 5 perpustakaan, di tingkat SD, SMP, SMA. Warga yang berminat untuk membaca, dipersilahkan mendatangi sekolah dan meminta izin kepada pihak sekolah.

“Sekolah yang perpustakaannya sudah dibolehkan untuk umum akan dipasang plang, hal ini agar memudahkan masyarakat dan mereka tahu. Sementara ini sudah ada sebagian sekolah yang memasang plang dan akan diberlakukan untuk semua,” terangnya.

Masih menurut Razi, dalam melaksanakan kegiatan ini, pihaknya bekerjasama dengan Dinas Pendidikan (Disdik). Disdik berperan menyediakan sarananya, berupa perpustakaan dan buku. Sementara pihaknya menambah perbendaharaan buku, semua ini dilakukan dengan harapan semua kebutuhan buku bagi masyarakat bias terpenuhi. Sebab, tidak mungkin masyarakat akan membaca buku pelajaran, tentunya buku yang berkaitan dengan profesi seperti pertanian, peternakan dan bacaan umum lainnya.

“Desa yang memiliki perpustakaan sendiri ada 100 pekon, sedangkan 199 pekon lainnya belum memiliki. Kami berharap dalam kurun waktu 3 tahun ke depan 199 pekon ini bias mempunyai perpustakaan semua. Sehingga diminta untuk membangun perpustakaan, bukunya nanti akan dibantu oleh KPAD,” ujar dia.

Sumber: LAMPOST.CO

Tuesday, 28 April 2015

Fraksi PD: Semoga Jadi Perpustakaan Terlengkap di Asia Tenggara

Desain Gedung Baru DPR RI

Wacana pembangunan gedung baru DPR terus bergulir.

Sekretaris Fraksi Partai Demokrat Didik Mukriyanto mengatakan pihaknya mendukung bila DPR melakukan pembangunan perpustakaan dan pusat riset.

"Kalau terkait itu harus buka diri, karena DPR ini sumber informasi, agar rakyat juga bisa akses apa saja yang jadi produk DPR dengan hadirnya perpustakaan ini, sebagai sarana mendekatkan kepada kita," kata Didik di Gedung DPR, Jakarta, Senin (27/4/2015).

Didik mengatakan wacana tersebut masih dibahas di Badan Legislatif DPR. Sedangkan untuk perpustakaan merupakan kebijakan fungsional agar publik semakin dekat dengan DPR.

Anggota Komisi III DPR itu berharap perpustakaan tersebut menjadi kebanggaan bangsa.

"Semoga jadi perpustakaan terlengkap di Asia Tenggara," ujarnya.

Ia mengatakan perpustakaan tersebut juga memiliki fasilitas teknologi informasi terbaru.

Sehingga tidak hanya berfungsi untuk perpustakaan secara tradisional tetapi juga dapat digunakan sebagai pusat riset.

"Ide ini kan pimpinan DPR, BURT. Pernah disampaikan, tapi detilnya kan perlu pembahasan. Pembahasannya masih di BURT. Setelah, kan baru ke fraksi-fraksi. Kalau perpustakaan (Demokrat) sih setuju-setuju saja," imbuhnya.

Sumber: TRIBUN

ICW: Buat Perpustakaan Online Bukan Gedung Baru

Ilustrasi Perpustakaan Digital

Indonesia Corruption Watch (ICW) menilai alasan pembangunan gedung baru DPR, untuk menyediakan fasilitas bagi perpustakaan modern dan lengkap, adalah alasan klise.

Peneliti ICW, Donal Fariz menilai tidak tepat jika ingin membangun perpustakaan modern yang lengkap, harus membangun gedung baru. Sebab menurutnya di era digital saat ini, hal itu bisa dilakukan dengan membuat database sistem online.

"Kalau mau mendukung data tidak lerlu bangun gedung, cukup bangun sistem database saja dengan sistem online," katanya kepada Republika, Senin (27/4).

Menurutnya, penyimpanan data dan arsip melalui gedung perpustakaan merupakan cara berpikir yang kontraproduktif. Padahal bisa dimudahkan dengan perpustakaan berbasis online.

Ia menyebutkan dengan ini pemerintah tidak perlu menghabiskan biaya anggaran besar untuk proyek gedung baru. Cukup hanya 2-3 orang yang mengoperasionalkan lewat teknologi informatika. Ini dirasanya lebih modern ketimbang sebuah gedung.

Sebelumnya anggota Komisi I DPR RI Syaiful Bahri Anshori mengatakan pembangunan gedung baru ini untuk membuat DPR lebih maju dan modern. Oleh karena itu, Donal membantah alasan memodernkan dan memajukan DPR yang dianggapnya klise.

Majunya legislatif bukan dilihat dari fisik tapi kinerja para wakil rakyatlah yang harus ditingkatkan. Selain itu Ketua DPR RI Setya Novanto mengungkapkan pada Jumat (25/4) tujuan rencana ini ingin membuat gedung DPR sebagai ikon naisonal.

"Saya tidak melihat adanya urgensi dalam pembangunan gedung baru," tegas peneliti ICW itu.

Sumber: REPUBLIKA

Jika untuk Perpustakaan, Pembangunan Gedung Baru DPR Boleh Didukung

Desain Gedung Baru DPR

Guru Besar Politik Universitas Indonesia (UI), Maswadi Rauf mengatakan jika memang pembangunan gedung baru DPR untuk kepentingan masyarakat, maka perlu didukung. Sebab hal ini akan berdampak positif mendukung kebijakan anggota dewan untuk masyarakat.

"Apa yang dipersoalkan itu harus dibahas berdasarkan data. Jadi itu untuk mendukung kebijakan pemerintah," katanya saat dihubungi ROL, Senin (27/4).

Menurutnya, anggota DPR rapat membahas kebijakan bukan hanya bicara dengan angan-angan belaka. Namun harus didukung dengan data dan sumber-sumber referensi. Misalnya, masalah kebijakan pertanian, maka mereka harus memiliki data permasalahan dan akses informasi terkait hal itu.

Perpustakaan di gedung baru ini, kata dia, harus lengkap sehingga bisa menjadi akses informasi yang mumpuni untuk kinerja anggota legislatif. Setiap komisi yang membahas isu masing-masing juga bisa memiliki database yang bisa dijadikan acuan.

Namun, menurutnya jika pembangunan gedung baru di luar perpustakaan maka itu bukanlah sesuatu yang perlu. Sebab, yang lebih urgensi adalah perpustakaan.

"Selama ini kelemahan anggota DPR adalah tidak memiliki tempat menyimpan data dan arsip informasi," tandasnya.

Sebelumnya pembangunan gedung DPR ini memang salah satunya memenuhi fasilitas perpustakaan dan museum. Gagasan ini diungkapkan Ketua DPR RI Setya Novanto pada Jumat (25/5) lalu. Gagasan ini menuai banyak protes dari LSM yang menilai tidak ada urgensi dalam pembangunan gedung baru.

Sumber: REPUBLIKA

Gedung Baru DPR Harus Ada Perpustakaan



Rencana pembangunan gedung baru parlemen diusulkan berupa perpustakaan.

"Kalau perpustakaan itu memang perlu karena itu memang kelemahan DPR saat ini. Anggota DPR tidak bekerja dengan data," kata guru besar politik Universitas Indonesia (UI) Maswadi Rauf, Senin (27/4).

Alasannya, perpustakaan memang diperlukan bagi anggota DPR yang hasil kerjanya harus berdasarkan data.

Menurutnya, perpustakaan memang dibutuhkan sebagai sumber data dan informasi bagi anggota dewan. Harus ada perpustakaan yang lengkap yang nantinya menjadi akses mereka menggali data dari semua bidang yang ditangani DPR.

Ia mencontohkan, misalnya, pembahasan mengenai masalah kehutanan, maka legislatif perlu memiliki data mengenai permasalahan tersebut. Ditambah sumber-sumber yang mendukung penyelesaian problematika yang akan dibahas. “Jadi, ketika akan membahas bersama anggota dewan dengan pihak yang terkait, anggota DPR memiliki bukti dan sumber kuat sehingga penyelesaian lebih mudah,” tegasnya.

Kekurangan data itulah yang diakui Maswadi menjadi kelemahan anggota DPR yang selama ini bekerja tanpa memiliki data.

Sumber: REPUBLIKA

Monday, 27 April 2015

40 Persen Sekolah di Kabupaten Berau Belum Miliki Perpustakaan

Ilustrasi
Untuk beberapa daerah, Perpustakaan sekolah masih banyak yang belum memiliki perpustakaan. Namun dari kondisi tersebut diharapkan ada daerah yang benar-benar serius untuk menyediakan fasilitas perpustakaan sekolah.

Di wilayah Kabupaten Berau Kalimantan Timur, Sekolah yang sudah memiliki perpustakaan baru sekitar 60%. Namun jumlah tersebut masih jumlah perkiraan yang bisa saja tidak sesuai dengan jumlah yang ada di lapangan. Dengan demikian berarti masih ada sekitar 40 Persen Sekolah di Kabupaten Berau Belum Miliki Perpustakaan.

Dikutip dari korankaltim.com (1/5/14), diberitakan bahwa Kepala Perpustakaan Umum Berau, HM Irsani menjelaskan 60 persen dari jumlah sekolah berbagai jenjang, baik SD, SMP dan SMA dan sederajat di Berau telah memiliki perpustakaan sekolah. Hal itu tentu memberi kabar baik bertepatan peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun ini.

Meski demikian, terdapat pula beberapa sekolah bekerjasama perpustakaan umum dalam proses mengelola isi perpustakaan di Berau.

“Saat ini, kami bisa sedikit berbangga dengan kemajuan dicapai dunia pendidikan di Berau. Karena, tak hanya meraih prestasi saja, tapi fasilitas perpustakaan buku pelajaran dan umum. Karena, 60 persen sekolah SD, SMP dan SMA di Berau sudah punya perpustakaan,” ujar Israni kepada Koran Kaltim, kemarin.

Ia menegaskan, pencapaian itu tak terlepas dari dukungan bupati Berau, dinas pendidikan dan kepala sekolah. Hal lain, perpus-takaan sekolah berkoor-dinasi dengan perpus-takaan umum untuk penyediaan buku pela-jaran dan buku bacaan umum.

Selain itu, Rabu (7/5) mendatang, pihak perpustakaan umum meng-gelar sosialisasi pengelolaan perpustakaan diikuti kepala sekolah.

“Dukungan bupati dan berbagai pihak menjadi faktor utama berdirinya Perpustakaan Umum Berau. Tak hanya memiliki kantor yang cukup, melainkan fasilitas penunjangnya juga luar biasa. Dengan sosialisasi perpustakaan menyasar guru dan siswa, diharapkan dapat meningkatkan minat baca,” tambahnya.

Sumber: DUNIA PERPUSTAKAAN

Jawa Barat Canangkan Perpustakaan Sebagai Destinasi Wajib Dikunjungi


Minat baca masyarakat saat ini terus berkurang, terutama semenjak adanya kemajuan tekonologi atau era digital.

Menurut Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat, Netty Prastyani, kenyataanya saat ini buku bukan menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat. Karena itu, perlu strategi bagaimana caranya perpustakaan mampu menjadi tempat untuk membaca dan mencari referensi. Sehingga, nantinya menjadi sebuah kebutuhan.

“Maka dari itu saya ingin canangkan perpustakaan menjadi destinasi wajib dikunjungi,” ujar Netty kepada wartawan usai acara pembukaan Festival Literasi Jawa Barat di Kantor Bapusipda Provinsi Jawa Barat Bandung, akhir pekan lalu.

Netty mengatakan, semua masyarakat harus disadarkan sepenuhnya bahwa membaca merupakan jendela pengetahuan. Tanpa membaca, sangat mustahil orang memiliki pengetahuan yang cukup memadai untuk membangun diri, cita-cita dan pembentukan karakter.

"Dengan membaca, semua pengetahuan bisa kita peroleh. Makanya ini harus terus digelorakan," katanya.

Netty menilai, untuk menggugah kesadaran masyarakat tentang pentingnya membaca dan tertarik datang ke perpustakaan, harus dilakukan berbagai upaya. Salah satunya, Ia berharap perpustakaan bisa mengganti wajahnya. Yakni, dari imej suasana kurang nyaman, koleksi bukunya terbatas, berdebu dan pustakawannya kurang ramah menjadi tempat yang nyaman untuk didatangi. Yakni, tempatnya bersih, koleksi bukunya komplit dan ruangannya nyaman.

"Dengan adanya perubahan di setiap perpustakaan yang kita miliki tentu akan menjadi motivasi untuk penasaran datang ke perpustakaan, seperti halnya ada story telling dan ada jaringan internet," katanya.

Plh Sekda Provinsi Jawa Barat, Iwa Karniwa mengpresiasi dilaksanakannya kegiatan ini. Apalagi acara ini bertepatan dengan Hari Buku Internastional dan Peringatan Hari KAA ke 60.

Jika diperhatikan, kata dia, yang menjadi negara maju di kawasan Asia Afrika adalah negara-negara yang masyarakatnya memiliki budanya baca.

“Negara-negara tersebut bisa maju karena mereka membangun budaya baca di negara masing-masing di negara Asia seperti Singapura, Jepang dan Korea,” katanya.

Iwa berharap, melalui kegiatan Festival Literasi Jawa Barat ini mampu membangun budaya baca masyarakat. Sehingga, mampu merubah paradigma masyarakat ke arah cerdas informasi guna meningkatkan sumber kualitas daya manusia Jawa Barat.

Sumber: REPUBLIKA

ALUS Goes To Schools, Pengabdian kepada Dunia Perpustakaan

Kegiatan AGTS dari ALUS di SDN Jetak Sidokarto Godean. Foto: Febriyanto
SLEMAN (KRjogja.com) - "Jadi buku itu juga bisa sakit adik-adik. Kalau ditayangan tadi umpama buku sudah sakit, yang ngobatin siapa?" tanya Nur Shifa Fauziyah.
"Yang ngobatin pustakawan," jawab anak-anak SDN Jetak Sidokarto Godean kompak.
"Nah betul sekali. Kalau begitu buku harus dibaca biar tidak sakit," ucap Shifa.

Begitu sekilas kegiatan ALUS Goes To School (AGTS) 'Jogja-Jateng Tour' di SDN Jetak Sidokarto Godean Sleman, Sabtu (25/4). Kegiatan yang digagas Asosiasi Mahasiswa Ilmu Perpustakaan (ALUS) dengan dukungan SKH Kedaulatan Rakyat ini dalam rangka memperingati hari buku sedunia (World Book Day) pada 23 April. Diselenggarakan secara serentak di 9 SD, SMP dan SMA di wilayah DIY-Jawa Tengah, yakni SDN Jetak Godean Sleman, SDN Putren Bantul, MTsN Janten Kulonprogo, SD Muhammadiyah Condongcatur Sleman, SMP Muhammadiyah 2 Bambanglipuro Bantul, SMP Muhammadiyah Plus Magelang, MAN 2 Wates Kulonprogo, SMAN Bandungan Magelang dan MI Jagalan Magelang.

Ketua Panitia AGTS Riska Nugraheni menjelaskan, beberapa kegiatan digelar dalam AGTS ini, seperti pendidikan pemakai (User Education), pengolahan perpustakaan singkat, permainan edukatif di perpustakaan dan mendongeng (Game at The Library and Story Telling). "Melalui kegiatan ini diharapkan kualitas perpustakaan yang ada di sekolah dapat meningkat. Sekaligus diiringi peningkatan minat baca siswa," lanjut Riska sela kegiatan.

Sedang Nur Shifa Fauziyah yang juga sekretaris umum ALUS menegaskan melalui kegiatan ini pihaknya ingin memberikan fakta riil pada pemerintah mengenai kondisi perpustakaan di sekolah. Hanya saja nantinya tidak melalui rekomendasi secara khusus.

"Kami akan membuat hasil penelitian dalam bentuk buku yang kemudian kami berikan pada pihak sekolah. Jika memang dari sekolah menginginkan ada pendampingan pengolahan perpustakaan, kami juga siap," ucapnya.

Sementara ALUS sendiri merupakan organisasi independen mahasiswa D3 dan S1 Ilmu Perpustakaan yang berdiri sejak 7 Maret 2007. Mereka terus memegang komitmen dalam pengembangan kepustakawan di Indonesia. Sekaligus sebagai penyalur gagasan-gagasan yang dimiliki mahasiswa kepada instansi maupun masyarakat. (*-5)
Sumber: KR

Monday, 30 March 2015

Dorong Siswa Gemar Membaca

Gemar membaca.

Surabaya sebagai Kota Literasi dimantapkan. Pasalnya, Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya menjadikan membaca bagian dalam kurikulum lokal.

Selain itu, Dindik juga pasang target 1 juta judul buku terbaca siswa SD, SMP, dan SMA, dalam kurun waktu April- Desember 2015. Kepala Dindik Surabaya Ikhsan mengatakan, jumlah buku yang dibaca per siswa beragam. Untuk SD bisa 20 buku, SMP 15 buku, dan SMA/SMK 10 buku dalam periode ini. Dindik juga mengklasifikasi bobot buku untuk masing-masing jenjang.

“Untuk siswa SD bisa buku cerita tipis, SMP buku pengetahuan, SMA bukunya cenderung tebal semacam buku kuliah. Yang penting baca buku apa pun yang disenangi, kami rekomendasikan buku-buku sastra,” kata Ikhsan, kemarin. Tidak memerlukan cara sulit untuk mengontrol buku yang terbaca.

Sebelum membaca, siswa cukup mengisi formulir dan melapor kepada petugas sekolah setelah membaca buku pertama hingga terakhir. “Selesai membaca, siswa ditugasi mengingat intisari dan membuat ringkasan. Untuk memudahkan membuat ringkasan, kami sediakan panduan, bisa melihat Guide Resume di www.dispendiksurabaya.go.id , untuk membantu merangsang otak menulis apa yang sudah terserap.

Di dalamnya juga tercantum strategi cara baca yang efektif,” kata mantan kepala Bapemas dan KB ini. Program ini mendapat apresiasi pihak sekolah. Kepala SMA Al-Hikmah, Andi Sugeng Wayudi, mengatakan siap mendukung program tersebut. Di Al-Hikmah, kata Andi, sudah lama mewajibkan satu anak meminjam delapan buku dalam satu semester.

“Untuk buku yang dipinjam bisa sastra dan genre umum,” kata Andi. Sejak 2007, kata Andi, sekolah memberlakukan kurikulum wajib baca lewat mata pelajaran (mapel) Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Sekarang dikhususkan pada mata pelajaran Kesenian.

Program ini dinamai Anotasi, tiap siswa me-resume buku sepanjang 200 kata dan masuk penilaian psikomotor. Perpustakaan SMP-SMA Al- Hikmah memiliki lebih dari 35.000 koleksi buku. Jumlah tersebut di luar majalah serta buletin. Ini menjadi salah satu latar belakang perpustakaan mendapat juara 2 tingkat Provinsi Jatim sebagai perpustakaan terbaik.

Tak berhenti di sini, para siswa diajarkan berbagi buku lewat program CSR Bedah Perpus. Program menjadikan siswa gemar membaca di SDN Bubutan IV lebih menarik lagi. Bahkan, sekolah di Jalan Semarang ini menjadi model percontohan Sekolah Literasi tingkat nasional.

Banyak sekolah serta Dindik dari sejumlah daerah di Indonesia datang studi banding. Ada dari Bandung dan Kalimantan. Sementara pada program Surabaya Kota Literasi, para siswa yang tuntas membaca akan mendapat sertifikat yang dibubuhi tanda tangan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bertepatan dengan puncak Surabaya Inspiring School pada Desember 2015.

Bagi yang belum bisa mencapai target tak perlu kecewa karena mereka bisa mengikuti program ini tahun berikutnya.
** Soeprayitno

Sumber: KORAN SINDO

Tuesday, 24 March 2015

Miris, Bangunan Lapuk Timpa Perpustakaan SDN 1 Mekarharja

Bangunan tua bekas rumah makan di dusun Cibentang, Desa Mekarharja, Kec. Purwaharja, atau tepatnya di perbatasan Jabar-Jateng, ambruk dan menimpa atap SDN 1 Mekarharja. Foto: Hermanto/HR

Bangunan lapuk bekas rumah makan ambruk, menimpa ruang perpustakaan dan gudang SDN 1 Mekarharja, Sabtu, (14/03/2015). Dalam peristiwa tersebut tidak ada korban jiwa atau terluka dari siswa-siswi sekolah tersebut.

Seluruh bangunan bekas rumah itu ambruk tak tersisa, semuanya hancur menjadi puing-puing. Kejadian tersebut terjadi sekitar pukul 10.10 WIB, dan penyebab ambruknya bangunan karena kontruksi bangunan sudah lapuk.

Pihak sekolah sebelumnya telah memberitahukan pemilik bangunan mengenai bangunannya yang sudah mau ambruk.

“Sudah beberapa kali saya memberitahukannya, karena takut ambruk dan menimpa sekolah, terutama kalau anak-anak menjadi korban. Dan sekarang sudah ambruk dan menimpa sekolah, Alhamdulillah tidak ada korban,” ucap Enjen Nurjaman, Kepala SDN 1 Mekarharja, kepada HR online, Sabtu, (14/03/2015).

Selain ancaman ambruk, lanjut Enjen, bangunan tak terpakai itu menjadi sarang burung. Akibatnya, acap kali bau tidak sedap kotoran sering mengganggu kegiatan belajar mengajar.

Atas tertimpanya atap perpustakaan dan gudang, SDN 1 Mekarharja mengaku mengalami kerugian sekitar Rp 5 juta, dan meminta pemilik bangunan untuk melakukan penggantian. (Hermanto/R1/HR-Online)

Sumber: HARAPAN RAKYAT

Monday, 23 March 2015

Sambil Menunggu Pembagian Doorprize, Dua Anak SD Ini Memilih Baca Buku

Sejumlah anak-anak dan orang dewasa sedang membaca dan memilih buku di mobil perpustakaan keliling milik Perpustakaan Kalbar saat di gelarnya Jalan Sehat Tribun pontianak.

Di sela-sela dihelatnya Jalan Sehat Tribun Pontianak bersama REI Kalimantan Barat pada Minggu (22/3/2015) di Stadion Sultan Syarif Abdurrahman Pontianak, sejumlah masyarakat manfaatkan membaca buku di mobil Perpustakaan keliling milik Perpustakaan Provinsi Kalbar.

Seperti yang dilakukan oleh Mela dan Melva kedua siswi SD Negeri kota Pontianak yang memilih membaca buku cerita yang bertemakan ilmu pengetahuan umum‎, seraya menunggu pengumuman undian berhadiah dari jalan sehat.

"Baca buku cerita tentang sejarah, tadi sempat baca buku tentang IPA,"kata Mela siswi kelas V SDN 12 Pontianak ini

Hal senada buku yang dibaca oleh Melva siswi Kelas VI SDN 16 Pontianak yang‎ juga membaca buku-buku bertema pelajaran sekolah.

Ia menuturkan alasannya membaca buku pelajaran, karena tak lama lagi ujian sekolah, selain itu dirinya pun memang gemar membaca buku, terlebih buku cerita.

Hadirnya mobil perpustakaan keliling di saat kegiatan‎ ini di sambut baik oleh para orangtua, karena hal yang positif dan menjadi pilihan alternatif di saat hari liburan.

"Kalau bisa mobil perpustakaannya yang besar dan koleksi buku di tambah,"kata gusti Veri warga Danau Sentarum

Dia pun menyarankan mobil internet milik pemerintah juga dapat turun, karena tidak menutup kemungkinan kalau ada warga yang juga bisa memanfaatkannya.

Sumber: TRIBUN PONTIANAK

Saturday, 7 March 2015

Hendro Wicaksono: Ada Hal yang Takkan Tergantikan di Perpustakaan

Hedro Wicaksono.

Keberadaan perpustakaan dalam sebuah institusi pendidikan, sangat penting sebagai jantung ilmu pengetahuan. Meski perkembangan teknologi saat ini sangat cepat dan memungkinkan buku dialihkan dalam bentuk digital, ada hak yang tak tergantikan di perpustakaan.

Hendro Wicaksono, pengembang Senayan Library Management System (SLiMS) mengutarakan hal itu dalam seminar "Implementasi SLiMS pada Perpustakaan" di ruang seminar lantai IV Gedung Rektorat Universitas Muria Kudus.

"Perpustakaan adalah lingkungan pembelajaran (learning environment), tempat orang berkumpul, terinspirasi dan termotivasi menjadi lebih baik dengan belajar dan kemudian berbagai pengetahuan baru yang didapatnya," ujarnya di depan sekitar 80 peserta yang hadir, dalam rilis yang diterima Tribun Jateng, Jumat (6/3).

Karena itu, menurutnya, pengelola perpustakaan dituntut tidak sekadar memiliki kemampuan antara lain pengelolaan data referensi, inventarisasi, manajemen serial dan manajemen pengguna.

‘’Pengelola perpustakaan juga harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik, termasuk kemampuan lobi dengan pimpinan,’’ terang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) itu.

Sementara mengenai SLiMS, dia menjelaskan, adalah perangkat lunak sistem manajemen perpustakaan (library management system) sumber terbuka yang dilisensikan di bawah GPL v3.

"Hak cipta SLiMS ini atas nama saya (Hendro Wicaksono-Red) dan Arie Nugroho. Namun bagaimana mendapatkan, menggunakan, mempelajari, memodifikasi, redistribusi komersial maupun non komersial, diberikan kepada publik," ujarnya.

Dia mengatakan, pengguna SLiMS di Indonesia sudah cukup banyak, sekitar 300-an, termasuk institusi atau lembaga seperti KPK, Yayasan Tifa, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Wahid Institute, dan Komisi Yudisial. (*)

Sumber: TRIBUN JATENG