Tuesday 3 March 2015

Meningkatkan Minat Baca pada Anak


Oleh: Winta Hari Arsitowati, staf pengajar IWEC

Meningkatkan wawasan anak adaah hal yang penting dilakukan oleh setiap orangtua. Berbagai cara dapat dilakukan agar anak-anak bisa mendapat asupan pengetahuan yang baik. Salah satunya adalah dengan membiasakan mereka untuk membaca.

Namun, orang tua terkadang masih memiliki berbagai kendala untuk membuat putra-putrinya minat membaca. Padahal membaca adalah salah satu kegiatan yang dapat memberi investasi jangka panjang dalam hal ilmu.

Perpustakaan SD Muhammadiyah Sapen Terakreditasi A

 
Perpustakaan SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta


YOGYA (KR)
. Perpustakaan SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta, berhasil meraih nilai akreditasi A dalam penilaian akreditasi perpustakaan yang dilaksanakan oleh Perpustakaan Nasional RI untuk jenjang sekolah dasar, belum lama ini. Sebelumnya pada tahun 2009, Perpustakaan SD Muhammadiyah Sapen meraih juara II lomba perpustakaan tingkat nasional. "Perpustakaan SD Muhammadiyah Sapen merupakan satu-satunya perpustakaan di jenjang SD di DIY yang diakreditasi oleh Perpustakaan Nasional RI bersamaan dengan akreditasi perpustakaan SMP, SMA, dan perguruan tinggi." kata kepala SD Muhammadiyah Sapen, Sofyan, S.Si., M.Pd. Jumat (27/2).

Membentuk Karakter Cinta Membaca: Sinergi Keluarga, Perpustakaan Sekolah, dan Perpustakaan Daerah.

Sinergitas perpustakaan, anak, dan orang tua dalam meningkatkan minat baca. (Sumber: Arpusda Kota Jogja)

Oleh: Chindy Vionariska, A.Md-Pustakawan Perpustakaan Kabupaten Lumajang


Di Kabupaten Lumajang ini program ‘KF’ Keaksaraan Fungsional telah gencar digarap secara terpadu bersama beberapa organisasi wanita hingga berakhir dan selesai. Kondisi ini menunjukkan bahwa semua masyarakat Lumajang telah memiliki kemampuan membaca. Ini memberi gambaran kepada kita bahwa masalah rendahnya minat baca masyarakat kita akan terselesaikan. Kita ketahui bersama bahwa minat baca masih menjadi masalah yang belum terselesaikan sampai saat ini, padahal telah banyak usaha yang dilakukan untuk “mengatrol” minat baca masyarakat. Dan ada kolerasi antara faktor kemampuan membaca dengan minat baca. Seseorang tidak akan bisa membaca, apalagi memiliki budaya baca apabila tidak bisa membaca atau buta aksara.