Tuesday 28 April 2015

Fraksi PD: Semoga Jadi Perpustakaan Terlengkap di Asia Tenggara

Desain Gedung Baru DPR RI

Wacana pembangunan gedung baru DPR terus bergulir.

Sekretaris Fraksi Partai Demokrat Didik Mukriyanto mengatakan pihaknya mendukung bila DPR melakukan pembangunan perpustakaan dan pusat riset.

"Kalau terkait itu harus buka diri, karena DPR ini sumber informasi, agar rakyat juga bisa akses apa saja yang jadi produk DPR dengan hadirnya perpustakaan ini, sebagai sarana mendekatkan kepada kita," kata Didik di Gedung DPR, Jakarta, Senin (27/4/2015).

Didik mengatakan wacana tersebut masih dibahas di Badan Legislatif DPR. Sedangkan untuk perpustakaan merupakan kebijakan fungsional agar publik semakin dekat dengan DPR.

Anggota Komisi III DPR itu berharap perpustakaan tersebut menjadi kebanggaan bangsa.

"Semoga jadi perpustakaan terlengkap di Asia Tenggara," ujarnya.

Ia mengatakan perpustakaan tersebut juga memiliki fasilitas teknologi informasi terbaru.

Sehingga tidak hanya berfungsi untuk perpustakaan secara tradisional tetapi juga dapat digunakan sebagai pusat riset.

"Ide ini kan pimpinan DPR, BURT. Pernah disampaikan, tapi detilnya kan perlu pembahasan. Pembahasannya masih di BURT. Setelah, kan baru ke fraksi-fraksi. Kalau perpustakaan (Demokrat) sih setuju-setuju saja," imbuhnya.

Sumber: TRIBUN

ICW: Buat Perpustakaan Online Bukan Gedung Baru

Ilustrasi Perpustakaan Digital

Indonesia Corruption Watch (ICW) menilai alasan pembangunan gedung baru DPR, untuk menyediakan fasilitas bagi perpustakaan modern dan lengkap, adalah alasan klise.

Peneliti ICW, Donal Fariz menilai tidak tepat jika ingin membangun perpustakaan modern yang lengkap, harus membangun gedung baru. Sebab menurutnya di era digital saat ini, hal itu bisa dilakukan dengan membuat database sistem online.

"Kalau mau mendukung data tidak lerlu bangun gedung, cukup bangun sistem database saja dengan sistem online," katanya kepada Republika, Senin (27/4).

Menurutnya, penyimpanan data dan arsip melalui gedung perpustakaan merupakan cara berpikir yang kontraproduktif. Padahal bisa dimudahkan dengan perpustakaan berbasis online.

Ia menyebutkan dengan ini pemerintah tidak perlu menghabiskan biaya anggaran besar untuk proyek gedung baru. Cukup hanya 2-3 orang yang mengoperasionalkan lewat teknologi informatika. Ini dirasanya lebih modern ketimbang sebuah gedung.

Sebelumnya anggota Komisi I DPR RI Syaiful Bahri Anshori mengatakan pembangunan gedung baru ini untuk membuat DPR lebih maju dan modern. Oleh karena itu, Donal membantah alasan memodernkan dan memajukan DPR yang dianggapnya klise.

Majunya legislatif bukan dilihat dari fisik tapi kinerja para wakil rakyatlah yang harus ditingkatkan. Selain itu Ketua DPR RI Setya Novanto mengungkapkan pada Jumat (25/4) tujuan rencana ini ingin membuat gedung DPR sebagai ikon naisonal.

"Saya tidak melihat adanya urgensi dalam pembangunan gedung baru," tegas peneliti ICW itu.

Sumber: REPUBLIKA

Jika untuk Perpustakaan, Pembangunan Gedung Baru DPR Boleh Didukung

Desain Gedung Baru DPR

Guru Besar Politik Universitas Indonesia (UI), Maswadi Rauf mengatakan jika memang pembangunan gedung baru DPR untuk kepentingan masyarakat, maka perlu didukung. Sebab hal ini akan berdampak positif mendukung kebijakan anggota dewan untuk masyarakat.

"Apa yang dipersoalkan itu harus dibahas berdasarkan data. Jadi itu untuk mendukung kebijakan pemerintah," katanya saat dihubungi ROL, Senin (27/4).

Menurutnya, anggota DPR rapat membahas kebijakan bukan hanya bicara dengan angan-angan belaka. Namun harus didukung dengan data dan sumber-sumber referensi. Misalnya, masalah kebijakan pertanian, maka mereka harus memiliki data permasalahan dan akses informasi terkait hal itu.

Perpustakaan di gedung baru ini, kata dia, harus lengkap sehingga bisa menjadi akses informasi yang mumpuni untuk kinerja anggota legislatif. Setiap komisi yang membahas isu masing-masing juga bisa memiliki database yang bisa dijadikan acuan.

Namun, menurutnya jika pembangunan gedung baru di luar perpustakaan maka itu bukanlah sesuatu yang perlu. Sebab, yang lebih urgensi adalah perpustakaan.

"Selama ini kelemahan anggota DPR adalah tidak memiliki tempat menyimpan data dan arsip informasi," tandasnya.

Sebelumnya pembangunan gedung DPR ini memang salah satunya memenuhi fasilitas perpustakaan dan museum. Gagasan ini diungkapkan Ketua DPR RI Setya Novanto pada Jumat (25/5) lalu. Gagasan ini menuai banyak protes dari LSM yang menilai tidak ada urgensi dalam pembangunan gedung baru.

Sumber: REPUBLIKA

Gedung Baru DPR Harus Ada Perpustakaan



Rencana pembangunan gedung baru parlemen diusulkan berupa perpustakaan.

"Kalau perpustakaan itu memang perlu karena itu memang kelemahan DPR saat ini. Anggota DPR tidak bekerja dengan data," kata guru besar politik Universitas Indonesia (UI) Maswadi Rauf, Senin (27/4).

Alasannya, perpustakaan memang diperlukan bagi anggota DPR yang hasil kerjanya harus berdasarkan data.

Menurutnya, perpustakaan memang dibutuhkan sebagai sumber data dan informasi bagi anggota dewan. Harus ada perpustakaan yang lengkap yang nantinya menjadi akses mereka menggali data dari semua bidang yang ditangani DPR.

Ia mencontohkan, misalnya, pembahasan mengenai masalah kehutanan, maka legislatif perlu memiliki data mengenai permasalahan tersebut. Ditambah sumber-sumber yang mendukung penyelesaian problematika yang akan dibahas. “Jadi, ketika akan membahas bersama anggota dewan dengan pihak yang terkait, anggota DPR memiliki bukti dan sumber kuat sehingga penyelesaian lebih mudah,” tegasnya.

Kekurangan data itulah yang diakui Maswadi menjadi kelemahan anggota DPR yang selama ini bekerja tanpa memiliki data.

Sumber: REPUBLIKA

Monday 27 April 2015

40 Persen Sekolah di Kabupaten Berau Belum Miliki Perpustakaan

Ilustrasi
Untuk beberapa daerah, Perpustakaan sekolah masih banyak yang belum memiliki perpustakaan. Namun dari kondisi tersebut diharapkan ada daerah yang benar-benar serius untuk menyediakan fasilitas perpustakaan sekolah.

Di wilayah Kabupaten Berau Kalimantan Timur, Sekolah yang sudah memiliki perpustakaan baru sekitar 60%. Namun jumlah tersebut masih jumlah perkiraan yang bisa saja tidak sesuai dengan jumlah yang ada di lapangan. Dengan demikian berarti masih ada sekitar 40 Persen Sekolah di Kabupaten Berau Belum Miliki Perpustakaan.

Dikutip dari korankaltim.com (1/5/14), diberitakan bahwa Kepala Perpustakaan Umum Berau, HM Irsani menjelaskan 60 persen dari jumlah sekolah berbagai jenjang, baik SD, SMP dan SMA dan sederajat di Berau telah memiliki perpustakaan sekolah. Hal itu tentu memberi kabar baik bertepatan peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun ini.

Meski demikian, terdapat pula beberapa sekolah bekerjasama perpustakaan umum dalam proses mengelola isi perpustakaan di Berau.

“Saat ini, kami bisa sedikit berbangga dengan kemajuan dicapai dunia pendidikan di Berau. Karena, tak hanya meraih prestasi saja, tapi fasilitas perpustakaan buku pelajaran dan umum. Karena, 60 persen sekolah SD, SMP dan SMA di Berau sudah punya perpustakaan,” ujar Israni kepada Koran Kaltim, kemarin.

Ia menegaskan, pencapaian itu tak terlepas dari dukungan bupati Berau, dinas pendidikan dan kepala sekolah. Hal lain, perpus-takaan sekolah berkoor-dinasi dengan perpus-takaan umum untuk penyediaan buku pela-jaran dan buku bacaan umum.

Selain itu, Rabu (7/5) mendatang, pihak perpustakaan umum meng-gelar sosialisasi pengelolaan perpustakaan diikuti kepala sekolah.

“Dukungan bupati dan berbagai pihak menjadi faktor utama berdirinya Perpustakaan Umum Berau. Tak hanya memiliki kantor yang cukup, melainkan fasilitas penunjangnya juga luar biasa. Dengan sosialisasi perpustakaan menyasar guru dan siswa, diharapkan dapat meningkatkan minat baca,” tambahnya.

Sumber: DUNIA PERPUSTAKAAN

Jawa Barat Canangkan Perpustakaan Sebagai Destinasi Wajib Dikunjungi


Minat baca masyarakat saat ini terus berkurang, terutama semenjak adanya kemajuan tekonologi atau era digital.

Menurut Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat, Netty Prastyani, kenyataanya saat ini buku bukan menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat. Karena itu, perlu strategi bagaimana caranya perpustakaan mampu menjadi tempat untuk membaca dan mencari referensi. Sehingga, nantinya menjadi sebuah kebutuhan.

“Maka dari itu saya ingin canangkan perpustakaan menjadi destinasi wajib dikunjungi,” ujar Netty kepada wartawan usai acara pembukaan Festival Literasi Jawa Barat di Kantor Bapusipda Provinsi Jawa Barat Bandung, akhir pekan lalu.

Netty mengatakan, semua masyarakat harus disadarkan sepenuhnya bahwa membaca merupakan jendela pengetahuan. Tanpa membaca, sangat mustahil orang memiliki pengetahuan yang cukup memadai untuk membangun diri, cita-cita dan pembentukan karakter.

"Dengan membaca, semua pengetahuan bisa kita peroleh. Makanya ini harus terus digelorakan," katanya.

Netty menilai, untuk menggugah kesadaran masyarakat tentang pentingnya membaca dan tertarik datang ke perpustakaan, harus dilakukan berbagai upaya. Salah satunya, Ia berharap perpustakaan bisa mengganti wajahnya. Yakni, dari imej suasana kurang nyaman, koleksi bukunya terbatas, berdebu dan pustakawannya kurang ramah menjadi tempat yang nyaman untuk didatangi. Yakni, tempatnya bersih, koleksi bukunya komplit dan ruangannya nyaman.

"Dengan adanya perubahan di setiap perpustakaan yang kita miliki tentu akan menjadi motivasi untuk penasaran datang ke perpustakaan, seperti halnya ada story telling dan ada jaringan internet," katanya.

Plh Sekda Provinsi Jawa Barat, Iwa Karniwa mengpresiasi dilaksanakannya kegiatan ini. Apalagi acara ini bertepatan dengan Hari Buku Internastional dan Peringatan Hari KAA ke 60.

Jika diperhatikan, kata dia, yang menjadi negara maju di kawasan Asia Afrika adalah negara-negara yang masyarakatnya memiliki budanya baca.

“Negara-negara tersebut bisa maju karena mereka membangun budaya baca di negara masing-masing di negara Asia seperti Singapura, Jepang dan Korea,” katanya.

Iwa berharap, melalui kegiatan Festival Literasi Jawa Barat ini mampu membangun budaya baca masyarakat. Sehingga, mampu merubah paradigma masyarakat ke arah cerdas informasi guna meningkatkan sumber kualitas daya manusia Jawa Barat.

Sumber: REPUBLIKA

Lowongan Kerja Pustakawan di Universitas Multimedia Nusantara [Kompas Group]


Informasi lowongan kerja pustakawan di bulan April ini datang dari kampus ternama milik jaringan Kompas Group yaitu Universitas Multimedia Nusantara di daerah Serpong Tangerang.

Universitas Multimedia Nusantara merupakan salah satu universitas yang berada dibawah naungan bendera Kompas Group.

UMN didirikan pada tanggal 25 November 2005 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 169/D/O/2005 yang operasionalnya secara resmi dikelola oleh Yayasan Multimedia Nusantara.

Yayasan ini didirikan oleh Kompas Gramedia, sebuah kelompok usaha terkemuka yang bergerak di bidang media massa, penerbitan, percetakan, toko buku, hotel dan jasa pendidikan.

UMN merupakan sebuah lembaga perguruan tinggi dengan teknologi informasi dan komunikasi sebagai dasar dalam setiap proses belajar mengajar di tiap mata kuliah yang diselenggarakannya.

UMN Didukung oleh keberadaan para tenaga pengajar yang profesional dan berpengalaman di bidang pendidikan serta penyelenggaraan program mata kuliah yang terarah dan terintegrasi akan menghantar UMN menjadi universitas unggulan di tingkat nasional maupun internasional.

UMN disasarkan menjadi inspirasi bagi hadirnya paradigma pendidikan baru bagi kaum muda Indonesia sehingga mampu menghasilkan lulusan berkompetensi tinggi dan berjiwa wirausaha berbasis teknologi (technopreneurship).

Saat ini Universitas Multimedia Nusantara sedang membutuhkan banyak perekrutan staff diantaranya yaitu staff perpustakaan.

Kualifikasi:
  1. Pendidikan S1 Ilmu Perpustakaan
  2. Gemar menjalin relasi interpersonal dan mengutamakan pelayanan kepada pelanggan
  3. Lincah, komunikatif, dan teliti
  4. Lebih disukai memiliki pengalaman kerja di Perpustakaan Universitas

Jika anda tertarik dan berminat, silahkan segera kirimkan surat lamaran anda lengkap dengan CV, hasil Scan Ijazah dan Transkrip nilai, pas foto terbaru, dan portofolio [jika diperlukan].

Kirimkan Lamaran anda ke HRD Departement Universitas Multimedia Nusantara | Scientia Garden, Jl. Boulevard Gading Serpong, Tangerang. | Email: recruitment@umn.ac.id dengan subject: Posisi yang dilamar | sumber: umn.ac.id

ALUS Goes To Schools, Pengabdian kepada Dunia Perpustakaan

Kegiatan AGTS dari ALUS di SDN Jetak Sidokarto Godean. Foto: Febriyanto
SLEMAN (KRjogja.com) - "Jadi buku itu juga bisa sakit adik-adik. Kalau ditayangan tadi umpama buku sudah sakit, yang ngobatin siapa?" tanya Nur Shifa Fauziyah.
"Yang ngobatin pustakawan," jawab anak-anak SDN Jetak Sidokarto Godean kompak.
"Nah betul sekali. Kalau begitu buku harus dibaca biar tidak sakit," ucap Shifa.

Begitu sekilas kegiatan ALUS Goes To School (AGTS) 'Jogja-Jateng Tour' di SDN Jetak Sidokarto Godean Sleman, Sabtu (25/4). Kegiatan yang digagas Asosiasi Mahasiswa Ilmu Perpustakaan (ALUS) dengan dukungan SKH Kedaulatan Rakyat ini dalam rangka memperingati hari buku sedunia (World Book Day) pada 23 April. Diselenggarakan secara serentak di 9 SD, SMP dan SMA di wilayah DIY-Jawa Tengah, yakni SDN Jetak Godean Sleman, SDN Putren Bantul, MTsN Janten Kulonprogo, SD Muhammadiyah Condongcatur Sleman, SMP Muhammadiyah 2 Bambanglipuro Bantul, SMP Muhammadiyah Plus Magelang, MAN 2 Wates Kulonprogo, SMAN Bandungan Magelang dan MI Jagalan Magelang.

Ketua Panitia AGTS Riska Nugraheni menjelaskan, beberapa kegiatan digelar dalam AGTS ini, seperti pendidikan pemakai (User Education), pengolahan perpustakaan singkat, permainan edukatif di perpustakaan dan mendongeng (Game at The Library and Story Telling). "Melalui kegiatan ini diharapkan kualitas perpustakaan yang ada di sekolah dapat meningkat. Sekaligus diiringi peningkatan minat baca siswa," lanjut Riska sela kegiatan.

Sedang Nur Shifa Fauziyah yang juga sekretaris umum ALUS menegaskan melalui kegiatan ini pihaknya ingin memberikan fakta riil pada pemerintah mengenai kondisi perpustakaan di sekolah. Hanya saja nantinya tidak melalui rekomendasi secara khusus.

"Kami akan membuat hasil penelitian dalam bentuk buku yang kemudian kami berikan pada pihak sekolah. Jika memang dari sekolah menginginkan ada pendampingan pengolahan perpustakaan, kami juga siap," ucapnya.

Sementara ALUS sendiri merupakan organisasi independen mahasiswa D3 dan S1 Ilmu Perpustakaan yang berdiri sejak 7 Maret 2007. Mereka terus memegang komitmen dalam pengembangan kepustakawan di Indonesia. Sekaligus sebagai penyalur gagasan-gagasan yang dimiliki mahasiswa kepada instansi maupun masyarakat. (*-5)
Sumber: KR