Sunday 1 March 2015

Saatnya Borong Ilmu - Tentang Minat Baca Siswa di Indonesia

Membaca di sebuah perpustakaan sekolah (alfatihlibrary.blogspot.com)
FAKTA ini memang kurang baik bagi kita semua. Minat baca masyarakat Indonesia tergolong masih sangat rendah. Organisasi dunia yang menangani masalah pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan (UNESCO) pada 2012 melaporkan bahwa indeks minat baca warga Indonesia baru mencapai angka 0,001. Artinya dalam setiap 1.000 orang Indonesia, hanya ada satu yang memiliki minat baca.

Yang memprihatinkan, dalam satu survei di Tanah Air, Kalimantan Selatan disebut sebagai daerah yang minat baca masyarakatnya terendah di Indonesia setelah Sumatera Selatan.

Rendahnya minat membaca suatu bangsa tercermin dari rendahnya minat membaca masyarakatnya. Dan rendahnya minat membaca masyarakat dapat diukur dan dilihat dari seberapa besar minat membaca para peserta didik di sekolah.
Minat membaca di sekolah dapat diukur dari daftar kunjungan siswa ke perpustakaan sekolah. Dan kenyataannya, sampai saat ini tingkat kunjungan warga sekolah ke perpustakaan sekolah secara umum sangatlah rendah. Rata-rata siswa yang mengunjungi perpustakaan di sekolahnya tergolong kecil. Terlebih sekolah yang berada di daerah. Perpustakaan belum menjadi tempat yang menyenangkan. Pengunjungnya masih sangat rendah.

Mengutip hasil penelitian seorang mahasiswi Teknologi Pendidikan, Khairunnisa yang dimuat di Kompasiana pada Kompas.com, ada beberapa penyebab minat membaca siswa begitu rendah. Pertama, sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat siswa harus membaca buku lebih banyak dari apa yang diajarkan dan mencari informasi atau pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan di kelas. Kedua, kurangnya dorongan dari para guru agar siswa membaca secara rutin.

Penyebab lainnya, banyaknya hiburan TV dan permainan di rumah atau di luar rumah yang membuat perhatian siswa menjauhi buku. Selain itu, kurang menariknya perpustakaan sekolah bagi siswa. Hal lainnya, budaya baca masih belum diwariskan oleh nenek moyang kita dan buku dirasakan oleh masyarakat umum sangat mahal.

Lantas, bagaimana mengikis kondisi itu? Banyak cara kok. Salah satunya melalui event pameran dan diskon buku secara besar-besaran seperti yang tersaji pada Banjarbaru Book Fair 2015 yang dibuka sejak kemarin hingga 8 Februari mendatang di kawasan Lapangan Murjani.

Ribuan buku dari berbagai disiplin ilmu, bermacam karya tulis yang bisa menginspirasi dan mendorong berpikir kreatif untuk menciptakan ide baru atau inovasi serta beragam tulisan yang bersifat hiburan, bisa didapatkan dengan harga yang lebih murah karena para penerbit memberikan diskon khusus.

Dalam konteks ini, event kali ketiga sejak 2013 itu tidak hanya bermanfaat bagi penerbit, penulis, pemerintah, pembaca, tetapi seluruh pihak yang terkait dengan dunia perbukuan Indonesia. Bahkan, pada tingkat tertentu, event ini telah berfungsi sebagai pemantik terjadinya perubahan bagi Indonesia yang lebih baik.

Pemerintah Kota Banjarbaru melalui Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah (Pustarda) bekerja sama dengan sejumlah penerbit dan didukung Banjarmasin Post Group, berkeinginan untuk mendorong kesadaran masyarakat Indonesia tentang manfaat buku bagi kehidupan yang lebih baik. Dalam kacamata investasi, buku adalah investasi yang sangat berharga.

Dengan membaca buku, pembaca mampu menyerap berbagai ilmu pengetahun, nilai-nilai kehidupan, dan semangat untuk terus memperbaiki kualitas kehidupan. Saat tantangan kehidupan begitu menekan, kita membutuhkan jawaban, dan buku adalah salah satu sarana untuk menjawab tantangan kehidupan tersebut. Saat setiap detik kehidupan mengalami perubahan, buku mampu menjadi sarana untuk menyikapi perubahan itu dengan bijaksana.

Jadi, inilah saatnya memborong ilmu dan juga berfoto selfie dengan para penulis top seperti Habiburrahman El Shirazy (Kang Abik) yang ngetop lewat Ayat-ayat Cinta. (*)

Sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/01/31/saatnya-borong-ilmu


No comments:

Post a Comment