Hedro Wicaksono. |
Keberadaan perpustakaan dalam sebuah institusi pendidikan, sangat penting sebagai jantung ilmu pengetahuan. Meski perkembangan teknologi saat ini sangat cepat dan memungkinkan buku dialihkan dalam bentuk digital, ada hak yang tak tergantikan di perpustakaan.
Hendro Wicaksono, pengembang Senayan Library Management System (SLiMS) mengutarakan hal itu dalam seminar "Implementasi SLiMS pada Perpustakaan" di ruang seminar lantai IV Gedung Rektorat Universitas Muria Kudus.
"Perpustakaan adalah lingkungan pembelajaran (learning environment), tempat orang berkumpul, terinspirasi dan termotivasi menjadi lebih baik dengan belajar dan kemudian berbagai pengetahuan baru yang didapatnya," ujarnya di depan sekitar 80 peserta yang hadir, dalam rilis yang diterima Tribun Jateng, Jumat (6/3).
Karena itu, menurutnya, pengelola perpustakaan dituntut tidak sekadar memiliki kemampuan antara lain pengelolaan data referensi, inventarisasi, manajemen serial dan manajemen pengguna.
‘’Pengelola perpustakaan juga harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik, termasuk kemampuan lobi dengan pimpinan,’’ terang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) itu.
Sementara mengenai SLiMS, dia menjelaskan, adalah perangkat lunak sistem manajemen perpustakaan (library management system) sumber terbuka yang dilisensikan di bawah GPL v3.
"Hak cipta SLiMS ini atas nama saya (Hendro Wicaksono-Red) dan Arie Nugroho. Namun bagaimana mendapatkan, menggunakan, mempelajari, memodifikasi, redistribusi komersial maupun non komersial, diberikan kepada publik," ujarnya.
Dia mengatakan, pengguna SLiMS di Indonesia sudah cukup banyak, sekitar 300-an, termasuk institusi atau lembaga seperti KPK, Yayasan Tifa, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Wahid Institute, dan Komisi Yudisial. (*)
Sumber: TRIBUN JATENG